ISTIMEWA oleh: Nu Rhahida Arini
ADA sebuah pengalaman menarik yang cukup menggetarkan hati saya. Kisah ini berawal dari prayer room di University of Southampton, United Kingdom (Inggris).
Seperti layaknya masyarakat di dunia Barat lainnya, kaum Muslimin adalah minoritas di Inggris termasuk di kota Southampton. University of Southampton sendiri adalah universitas terbesar di kota tersebut dan berdiri cukup lama sehingga memiliki banyak pengalaman di bidang pendidikan.
Tidak heran jika banyak mahasiswa asing yang menuntut ilmu disini termasuk dari negara-negara Islam. Alhamdulillah komunitas Islam di kampus ini cukup solid walaupun jumlahnya tidak cukup banyak.
Di antara salah satu usaha menghargai agama lain, sebuah prayer room (ruangan sholat) berdiri di tengah kampus, tempat di mana mahasiswa/i Muslim suka berkumpul untuk melaksanakan sholat-sholat fardhu dan berjamaah 5 waktu. Bahkan di hari Sabtu dan Ahad. Di sini juga menjadi tempat berkumpul pada saat perayaaan hari-hari besar Islam.
Biasanya, pada saat jam kuliah, prayer room selalu dipadati oleh mahasiswa-mahasiswa Muslim yang akan menunaika sholat. Menjelang petang, jamaah yang hadir sudah mulai berkurang, tidak sebanyak siang hari.
Di suatu hari menjelang sholat Maghrib berjamaah, di antara jamaah yang hadir ada dua gadis kecil yang cantik. Sekilas dua gadis ini terlihat biasa saja, layaknya gadis kecil yang akan ikut sholat, mereka tidak selalu terlihat serius, sering mereka juga bermain atau sekedar bercanda di dalam prayer room.
Awalnya saya pikir mereka adalah anak salah satu jamaah dari salah satu negara di Timur Tengah. Sebab wajah penduduk dari belahan dunia tersebut terkadang tampak khas di mata saya. Kulit kuning dan rambut kecoklatan tampak sekali mereka seperti anak kecil dari negara di sekitar semanajung Arab.
Setelah sholat Maghrib saya kembali ke ruangan saya untuk melanjutkan aktivitas yang saya lakukan saat itu. Ketika waktu sholat isya tiba, saya kembali pergi ke prayer room dan bertemu kembali dengan dua gadis kecil tadi.
Pikir saja, rajin juga mereka, dari Maghrib belum pulang, sampai dibela-belain menuggu sholat Isya’ berjamaah juga. Muncul rasa kekaguman saya pada mereka.
Beberapa hari kemudian dan di hari-hari lain saya bertemu lagi dengan kedua gadis kecil tersebut. Dan seperti hari-hari sebelumnya mereka juga menunaikan sholat Maghrib dan Isya’ berjamaah di prayer room.
Pikir saya hebat juga semangat dua anak ini untuk sholat jamaah di prayer room. Maklum, saat sholat berjamaah Maghrib dan Isya’ biasanya kondisi prayer room tidak seramai siang hari karena mahasiswa-mahasiswa sudah kembali ke rumah masing-masing, hanya beberapa orang saja yang ikut berjamaah dan rata-rata mereka adalah mahasiswa S3 yang bekerja sampai larut malam, sehingga 2 gadis ini sangat menarik perhatian saya apalagi kondisi cuaca di UK saat ini yang sedang musin gugur sangat dingin pada malam hari.
Untuk pergi ke prayer room bagi gadis kecil seusia mereka sudah merupakan perjuangan berat karena harus melawan dingin.
Tak henti-hentinya kekaguman sama muncul kembali. Terpikir oleh saya pasti orangtua mereka sangat baik menanamkan Islam sampai mereka rela pergi malam hari untuk sholat berjamaah.
Iseng-iseng setelah sholat Isya’ saya menghampirinya dan berkenalan. Saya bertanya sedikit sekedar menjawab penasaran saya akan ketekunan keluarga mereka menanamkan Islam.
Dugaan saya selama ini salah besar. Subhanallah cerita mereka benar-benar menyentuh hati saya dan membuat saya merasakan keagunganNya. Ternyata mereka sedang belajar sholat karena sedang tertarik Islam.
Awalnya Melihat Sholat
Dua gadis tersebut bernama Jamine (11 tahun) dan Jade (12 (tahun), mereka berdua bersahabat di sekolah. Jangan keliru, mereka bukan dari keluarga dari Timur Tengah, seperti dugaan saya sebelum ini. Mereka adalah gadis kecil Inggris asli (native girls) dan berasal dari keluarga non Muslim. Orangatua mereka bukan Muslim, bahkan tidak ada seorang pun dari keluarga besar mereka yang memeluk agama Islam.
Tidak seperti layaknya anak-anak di Indonesia yang mengenal Islam karena orangtua atau keluarga mereka, rupanya Islam sudah menyentuh hati mereka tanpa dorongan siapapun dari keluarga mereka.
Dengan ijinNya, Allah telah membukan pintu hati mereka dan memebuat mereka tergerak hati untuk ingin tahu dan belajar tentang Islam. Subhanallah
Rupanya, ketertarikan mereka berawal ketika melihat salah seorang teman sekolah mereka yang berasal dari Pakistan sedang melaksanakan sholat. Seperti diketahui, Inggris adalah negara multicultural hingga banyak penduduk dari negara lain tinggal sementara atau bahkan menetap di termasuk dari penduduk negara-negara Islam.
Akibat sering melihat teman mereka yang berasal dari Pakistan sedang sholat membuat, dua sahabat cilik ini penasaran. Dari rasa penasaran itulah kemudian timbul ketertarikan mereka berdua terhadap Islam.
Beruntung mereka tinggal di sekitar kampus sehingga mereka dapat mencari informasi dan memberanikan diri untuk mengunjungi di prayer room kampus.
Pada awalnya mereka hanya bermain saja, namun tak perlu menunggu waktu lama sampai akhirnya mereka tertarik untuk ikut sholat berjamaah juga.
Meski mengaku awalnya malu-malu dan tidak suka menjadi perhatian dan sorotan sisters (jamaah putri) di prayer room, Alhamdulillah saat ini mereka sudah mulai bisa menerima kehadiran dan bergabung dengan jamaah putri yang lain.
Kami dan para sisters akhirnya sepakat untuk tidak terlalu membebani mereka dengan ajaran Islam dan untuk sementara waktu membiarkan mereka betah di prayer room dan nyaman dengan Islam terlebih dahulu.
Dengan merasakan hangatnya persaudaraan dan keluarga di lingkunagn Islam, semoga semakin membuat mereka lebih tertarik akan Islam.
Kisah mereka benar-benar membuat saya tersentuh. Jika Allah sudah menginginkan untuk membuka pintu hati seseorang, maka siapapun orang tersebut pasti akan menerima hidayahNya.
Saya ingat Surat al-Qashash;
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” [QS: al-Qashash: 56]
Subahanallah masihkah kita tidak malu pada diri sendiri yang sudah mengenal Islam semenjak kecil tapi kadang tidak mempunyai semangat yang gigih untuk lebih dekat denganNya.
Doa kami para jamaah putri di prayer room untuk kedua gadis kecil tersebut, semoga mereka akan menjadi Muslimah yang kaffah yang akan ikut menyiarkan Islam di UK kelak. Dan semoga kita semua juga mendapat berkah dan rahmat Allah dan dibukakan pintu hati untuk selalu dekat denganNya. Amin.*/ Southampton, 23 Oktober 2013
Penulis adalah dosen Poltek Elektro ITS sekarang sedang kuliah S3 di University of Southampton, United Kingdom
ADA sebuah pengalaman menarik yang cukup menggetarkan hati saya. Kisah ini berawal dari prayer room di University of Southampton, United Kingdom (Inggris).
Seperti layaknya masyarakat di dunia Barat lainnya, kaum Muslimin adalah minoritas di Inggris termasuk di kota Southampton. University of Southampton sendiri adalah universitas terbesar di kota tersebut dan berdiri cukup lama sehingga memiliki banyak pengalaman di bidang pendidikan.
Tidak heran jika banyak mahasiswa asing yang menuntut ilmu disini termasuk dari negara-negara Islam. Alhamdulillah komunitas Islam di kampus ini cukup solid walaupun jumlahnya tidak cukup banyak.
Di antara salah satu usaha menghargai agama lain, sebuah prayer room (ruangan sholat) berdiri di tengah kampus, tempat di mana mahasiswa/i Muslim suka berkumpul untuk melaksanakan sholat-sholat fardhu dan berjamaah 5 waktu. Bahkan di hari Sabtu dan Ahad. Di sini juga menjadi tempat berkumpul pada saat perayaaan hari-hari besar Islam.
Biasanya, pada saat jam kuliah, prayer room selalu dipadati oleh mahasiswa-mahasiswa Muslim yang akan menunaika sholat. Menjelang petang, jamaah yang hadir sudah mulai berkurang, tidak sebanyak siang hari.
Di suatu hari menjelang sholat Maghrib berjamaah, di antara jamaah yang hadir ada dua gadis kecil yang cantik. Sekilas dua gadis ini terlihat biasa saja, layaknya gadis kecil yang akan ikut sholat, mereka tidak selalu terlihat serius, sering mereka juga bermain atau sekedar bercanda di dalam prayer room.
Awalnya saya pikir mereka adalah anak salah satu jamaah dari salah satu negara di Timur Tengah. Sebab wajah penduduk dari belahan dunia tersebut terkadang tampak khas di mata saya. Kulit kuning dan rambut kecoklatan tampak sekali mereka seperti anak kecil dari negara di sekitar semanajung Arab.
Setelah sholat Maghrib saya kembali ke ruangan saya untuk melanjutkan aktivitas yang saya lakukan saat itu. Ketika waktu sholat isya tiba, saya kembali pergi ke prayer room dan bertemu kembali dengan dua gadis kecil tadi.
Pikir saja, rajin juga mereka, dari Maghrib belum pulang, sampai dibela-belain menuggu sholat Isya’ berjamaah juga. Muncul rasa kekaguman saya pada mereka.
Beberapa hari kemudian dan di hari-hari lain saya bertemu lagi dengan kedua gadis kecil tersebut. Dan seperti hari-hari sebelumnya mereka juga menunaikan sholat Maghrib dan Isya’ berjamaah di prayer room.
Pikir saya hebat juga semangat dua anak ini untuk sholat jamaah di prayer room. Maklum, saat sholat berjamaah Maghrib dan Isya’ biasanya kondisi prayer room tidak seramai siang hari karena mahasiswa-mahasiswa sudah kembali ke rumah masing-masing, hanya beberapa orang saja yang ikut berjamaah dan rata-rata mereka adalah mahasiswa S3 yang bekerja sampai larut malam, sehingga 2 gadis ini sangat menarik perhatian saya apalagi kondisi cuaca di UK saat ini yang sedang musin gugur sangat dingin pada malam hari.
Untuk pergi ke prayer room bagi gadis kecil seusia mereka sudah merupakan perjuangan berat karena harus melawan dingin.
Tak henti-hentinya kekaguman sama muncul kembali. Terpikir oleh saya pasti orangtua mereka sangat baik menanamkan Islam sampai mereka rela pergi malam hari untuk sholat berjamaah.
Iseng-iseng setelah sholat Isya’ saya menghampirinya dan berkenalan. Saya bertanya sedikit sekedar menjawab penasaran saya akan ketekunan keluarga mereka menanamkan Islam.
Dugaan saya selama ini salah besar. Subhanallah cerita mereka benar-benar menyentuh hati saya dan membuat saya merasakan keagunganNya. Ternyata mereka sedang belajar sholat karena sedang tertarik Islam.
Awalnya Melihat Sholat
Dua gadis tersebut bernama Jamine (11 tahun) dan Jade (12 (tahun), mereka berdua bersahabat di sekolah. Jangan keliru, mereka bukan dari keluarga dari Timur Tengah, seperti dugaan saya sebelum ini. Mereka adalah gadis kecil Inggris asli (native girls) dan berasal dari keluarga non Muslim. Orangatua mereka bukan Muslim, bahkan tidak ada seorang pun dari keluarga besar mereka yang memeluk agama Islam.
Tidak seperti layaknya anak-anak di Indonesia yang mengenal Islam karena orangtua atau keluarga mereka, rupanya Islam sudah menyentuh hati mereka tanpa dorongan siapapun dari keluarga mereka.
Dengan ijinNya, Allah telah membukan pintu hati mereka dan memebuat mereka tergerak hati untuk ingin tahu dan belajar tentang Islam. Subhanallah
Rupanya, ketertarikan mereka berawal ketika melihat salah seorang teman sekolah mereka yang berasal dari Pakistan sedang melaksanakan sholat. Seperti diketahui, Inggris adalah negara multicultural hingga banyak penduduk dari negara lain tinggal sementara atau bahkan menetap di termasuk dari penduduk negara-negara Islam.
Akibat sering melihat teman mereka yang berasal dari Pakistan sedang sholat membuat, dua sahabat cilik ini penasaran. Dari rasa penasaran itulah kemudian timbul ketertarikan mereka berdua terhadap Islam.
Beruntung mereka tinggal di sekitar kampus sehingga mereka dapat mencari informasi dan memberanikan diri untuk mengunjungi di prayer room kampus.
Pada awalnya mereka hanya bermain saja, namun tak perlu menunggu waktu lama sampai akhirnya mereka tertarik untuk ikut sholat berjamaah juga.
Meski mengaku awalnya malu-malu dan tidak suka menjadi perhatian dan sorotan sisters (jamaah putri) di prayer room, Alhamdulillah saat ini mereka sudah mulai bisa menerima kehadiran dan bergabung dengan jamaah putri yang lain.
Kami dan para sisters akhirnya sepakat untuk tidak terlalu membebani mereka dengan ajaran Islam dan untuk sementara waktu membiarkan mereka betah di prayer room dan nyaman dengan Islam terlebih dahulu.
Dengan merasakan hangatnya persaudaraan dan keluarga di lingkunagn Islam, semoga semakin membuat mereka lebih tertarik akan Islam.
Kisah mereka benar-benar membuat saya tersentuh. Jika Allah sudah menginginkan untuk membuka pintu hati seseorang, maka siapapun orang tersebut pasti akan menerima hidayahNya.
Saya ingat Surat al-Qashash;
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” [QS: al-Qashash: 56]
Subahanallah masihkah kita tidak malu pada diri sendiri yang sudah mengenal Islam semenjak kecil tapi kadang tidak mempunyai semangat yang gigih untuk lebih dekat denganNya.
Doa kami para jamaah putri di prayer room untuk kedua gadis kecil tersebut, semoga mereka akan menjadi Muslimah yang kaffah yang akan ikut menyiarkan Islam di UK kelak. Dan semoga kita semua juga mendapat berkah dan rahmat Allah dan dibukakan pintu hati untuk selalu dekat denganNya. Amin.*/ Southampton, 23 Oktober 2013
Penulis adalah dosen Poltek Elektro ITS sekarang sedang kuliah S3 di University of Southampton, United Kingdom