1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna
Sebelumnya menikah, seorang wanita memikirkan pernikahan yang demikian indah, kehidupan yangdemikian romantis seperti ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ajaib!! wanita begitu dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu peroleh hak untuk dihormati tiga kali makin besar dari pada ayah. Sosok yang dimuliakan, namun jadi jadi penghuni beberapa besar neraka. Bagaimana ini berjalan?
“Karena kekufuran mereka, ” jawab Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam waktu sebagian sabahat kemukakan pertanyaan mengapa hal semacam itu bisa berjalan. Apakah mereka memungkiri Allah?
Tidaklah, mereka tidak mengingkari Allah, tetapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Jika seorang suami berbuat kebaikan sepanjang hidup, lantas seorang istri saksikan satu hal yg tak disukainya dari seorang suami, jadi si istri akan menyampaikan bila ia tidak saksikan kebaikan sedikitpun dari suaminya. Sekian info Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dikerjakan suami!!
Tersebut pemicunya banyak kaum wanita ada di dalam neraka. Mari kita saksikan diri masing-masing kita, kita sama-sama introspeksi, apa dan bagaimana yang telah kita lakukan pada suami-suami kita?
Apabila kita lepas dari yang sekian, alhamdulillah. Itu yang kita mengharapkan. Berita suka untukmu wahai saudariku.
Namun apabila tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, jadi waspadalah dengan apa yang telah disangka oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat, cuma satu pilihan utuk lepas dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan, masih tetap ada waktu untuk bertobat. Tetapi mengapa mesti nantinya? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?
Jangan pernah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku ; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tak paham kapan engkau akan menjumpai Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, namun isterinya (di akhirat nanti) : bidadari sebagai pasangan suaminya (berkata) : “Jangan engkau menyakitinya, nanti anda dimurkai Allah, seorang suami begimu cuma seorang tamu yang bisa selekasnya berpisah dengan anda menuju kami. ” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita saksikan, apa yang telah kita lakukan hingga saat ini, jangan sampai bosan dan henti untuk introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tidak ada kita sadari membawa kita pada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Apabila satu saat, terlihat satu hal yg tak kita sukai dari suami ; jangan sampai kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sebenarnya suamimu yakni surga dan nerakamu. ” (HR. Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Masing-masing orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi persoalan yakni apabila seorang istri menyebutkan kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam gagasan mengungkit-ungkit kebaikannya semata.
“Hai sebagian orang yang beriman, jangan pernah anda menyingkirkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima). ” Al Baqarah : 264
Abu Dzar radhiyallahu’Anhu meriwayatkan, sebenarnya Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga grup manusia dimana Allah tidak akan bicara dan tak akan lihat mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih. ”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya beberapa tiga kali. ” Lalu Abu Dzar kemukakan pertanyaan, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah? ” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang gemari mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang gemari bersumpah palsu waktu jual. ” HR. Muslim
8. Repot di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Aktivitas ini tidak ada salahnya, kalau peroleh izin suami dan tidaklah hingga menyepelekan pekerjaan dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas itu melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terlewati.
Waktu suami pulang dari mencari nafkah, ia rasakan rumah belum beres, cucian masih tetap menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Apabila hni berjalan terus menerus, mungkin saja saja suami tidak betah di rumah, ia lebih sukai menggunakan waktunya di luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu yaitu tingkah laku wanita, ia yaitu satu ekspresi cinta. Dalam batas-batas khusus, dapat dijelaskan wajar jika seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa berprasangka jelek pada suami yg tidak kerap ada di rumah. Namun apabila rasa cemburu ini sangat berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya datang dari praduga ; jadi rasa cemburu ini dapat berpindah jadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan yaitu cemburunya istri pada suami karena kemaksiatan yang ditanganinya, misalnya : berzina, kurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mengutamakan istri lain dari pada dirinya. Apabila ada tanda sinyal yang membenarkan hal sejenis ini, jadi ini yakni cemburu yang terpuji. Apabila hanya sangkaan belaka tidak ada fakta dan bukti, jadi ini yaitu cemburu yang tercela.
Apabila kesangsian istri sangat berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal sejenis ini tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman waktu ada di rumah. Bahkan, tidak tutup kesempatan, kejengkelannya akan dilampiaskan melalui cara lakukan apa yang didugakan istri pada dirinya.
10. Kurang melindungi perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri pada perasaan pasangannya demikian diperlukan untuk jauhi terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri baiknya senantiasa siaga dalam masing-masing pengucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia bisa membuat perlindungan lisannya dari rutinitas mencaci, berkata keras, dan mengkritik melalui langkah menyudutkan. Istri selalu berusaha untuk memerlihatkan muka yang ramah, mengasyikkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan waktu diliat suaminya.
SEMOGA INI SEMUA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA. AMIINNNN...!!
Sebelumnya menikah, seorang wanita memikirkan pernikahan yang demikian indah, kehidupan yangdemikian romantis seperti ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ia memiliki gambaran yang begitu ideal dari satu pernikahan. Kelelahan
yang demikian, cape, permasalahan keuangan, dan segudang problematika di
dalam satu keluarga luput dari gambaran nya. Ia hanya pikirkan yang
indah-indah dan enak-enak dalam satu perkawinan.
Selanjutnya, waktu ia harus hadapi semua, ia tidak siap. Ia kurang bisa terima keadaan, hal sejenis ini berjalan berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sama seperti gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak mulai muda.
Seorang wanita yang bakal menikah, alangkah baiknya bila ia lihat lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.
2. Nusyus (tidak taat pada suami)
Nusyus yakni sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat pada suami. Wanita yang kerjakan nusyus yakni wanita yang melawan suami, tak mematuhi perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tentukan buat dia.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, salah satunya yaitu :
Menolak ajakan suami waktu mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun lewat cara samar. Mengkhianati suami, misalnya dengan merajut hubungan gelap dengan pria lain. Memasukkan seseorang yg tak disenangi suami dalam rumah, lupa dalam melayani suami, terlalu berlebih dan menghambur-hamburkan uang pada yang tidaklah tempatnya, menyakiti suami dengan bicara yang buruk, mencela, dan menghinanya, keluar rumah tidak ada izin suami, menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Seorang istri shalihah akan selalu meletakkan ketaatan pada suami di atas segala-galanya. Sudah pasti tidaklah ketaatan dalam kedurhakaan pada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan juga, dalam kondisi apapun, suka maupun susah, lega maupun sempit, sukai ataupun duka. Ketaatan istri seperti ini demikian besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.
3. Tak sukai pada keluarga suami
Kadang-kadang seorang istri kehendaki agar semuanya perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak dapat sedikit juga waktu dan perhatian diberikan pada selainnya. Termasuk pada orangtua suami. Walaupun sesungguhnya, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Satu di antara mempunyai bentuk yakni cemburu pada ibu mertuanya. Ia berasumsi ibu mertua sebagai pesaing paling penting dalam peroleh cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, beberapa istri berani menghina dan berbuat tak etis orang-tua suami, bahkan ia seringkali berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka pada orang tuanya. Terkadang istri punya niat mencari-cari kesalahan dan kekurangan orangtua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan satu permasalahan, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya agar lebih sukai pada keluarga istri, ia berusaha hindari suami dari keluarganya dengan bermacam langkah.
Ikatan pernikahan bukan hanya jadikan satu dua insan dalam satu lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’. Ke-2 orang-tua suami yakni orang-tua istri, keluarga suami yakni keluarga istri, demikian sebaliknya. Merajut hubungan baik dengan keluarga suami yaitu satu di antara keselarasan keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia apabila istrinya bisa memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal sejenis ini akan berikan cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak melindungi penampilan
Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan gunakan baju yang indah hanya waktu ia keluar rumah, waktu bakal melancong, menghadiri undangan, ke kantor, berkunjung ke saudara maupun sebagian rekannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau waktu ada acara yang lain di luar rumah. Kondisi ini sungguh berbalik waktu ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya gunakan baju seadanya : kadang-kadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.
Apabila keadaan ini terus-terusan dipelihara oleh istri, janganlah heran apabila suami tidak betah di rumah, ia lebih gemari memakai waktunya di luar dari pada di rumah. Harusnya, berhiasnya dia lebih ditujukan pada suami Jangan pernah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan pada orang lain, walaupun sesungguhnya suami nya di rumah lebih memiliki hak karena itu.
5. Kurang berterima kasih
Seringkali, seorang suami tidak bisa penuhi keinginan sang istri. Apa yang diperoleh suami jauh dari apa yang ia mengharapkan. Ia tidak suka dengan apa yang diperoleh suami, walaupun suaminya sudah berupaya dengan cara maksimal untuk penuhi keperluan keluarga dan beberapa keinginan istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih pada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang didapatkan padanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Ciri-ciri qona’ah dan ridho pada apa yang diperoleh Allah kepadanya demikian jauh dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya bisa tahu terbatasnya kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan satu hal yg tidak bisa ditangani suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan jadi lebih.
“Sesungguhnya apabila anda bersukur, pasti Kami akan memberi (nikmat) kepadamu, jika anda memungkiri (nikmat-Ku), jadi sebenarnya adzab-Ku begitu pedih. ”
6. Memungkiri kebaikan suami
“Wanita merupakan
sebagian besar masyarakat neraka. ” Demikian di sampaikan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana saat berlangsung
gerhana matahari.Selanjutnya, waktu ia harus hadapi semua, ia tidak siap. Ia kurang bisa terima keadaan, hal sejenis ini berjalan berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sama seperti gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak mulai muda.
Seorang wanita yang bakal menikah, alangkah baiknya bila ia lihat lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.
2. Nusyus (tidak taat pada suami)
Nusyus yakni sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat pada suami. Wanita yang kerjakan nusyus yakni wanita yang melawan suami, tak mematuhi perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tentukan buat dia.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, salah satunya yaitu :
Menolak ajakan suami waktu mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun lewat cara samar. Mengkhianati suami, misalnya dengan merajut hubungan gelap dengan pria lain. Memasukkan seseorang yg tak disenangi suami dalam rumah, lupa dalam melayani suami, terlalu berlebih dan menghambur-hamburkan uang pada yang tidaklah tempatnya, menyakiti suami dengan bicara yang buruk, mencela, dan menghinanya, keluar rumah tidak ada izin suami, menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Seorang istri shalihah akan selalu meletakkan ketaatan pada suami di atas segala-galanya. Sudah pasti tidaklah ketaatan dalam kedurhakaan pada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan juga, dalam kondisi apapun, suka maupun susah, lega maupun sempit, sukai ataupun duka. Ketaatan istri seperti ini demikian besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.
3. Tak sukai pada keluarga suami
Kadang-kadang seorang istri kehendaki agar semuanya perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak dapat sedikit juga waktu dan perhatian diberikan pada selainnya. Termasuk pada orangtua suami. Walaupun sesungguhnya, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Satu di antara mempunyai bentuk yakni cemburu pada ibu mertuanya. Ia berasumsi ibu mertua sebagai pesaing paling penting dalam peroleh cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, beberapa istri berani menghina dan berbuat tak etis orang-tua suami, bahkan ia seringkali berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka pada orang tuanya. Terkadang istri punya niat mencari-cari kesalahan dan kekurangan orangtua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan satu permasalahan, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya agar lebih sukai pada keluarga istri, ia berusaha hindari suami dari keluarganya dengan bermacam langkah.
Ikatan pernikahan bukan hanya jadikan satu dua insan dalam satu lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’. Ke-2 orang-tua suami yakni orang-tua istri, keluarga suami yakni keluarga istri, demikian sebaliknya. Merajut hubungan baik dengan keluarga suami yaitu satu di antara keselarasan keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia apabila istrinya bisa memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal sejenis ini akan berikan cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak melindungi penampilan
Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan gunakan baju yang indah hanya waktu ia keluar rumah, waktu bakal melancong, menghadiri undangan, ke kantor, berkunjung ke saudara maupun sebagian rekannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau waktu ada acara yang lain di luar rumah. Kondisi ini sungguh berbalik waktu ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya gunakan baju seadanya : kadang-kadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.
Apabila keadaan ini terus-terusan dipelihara oleh istri, janganlah heran apabila suami tidak betah di rumah, ia lebih gemari memakai waktunya di luar dari pada di rumah. Harusnya, berhiasnya dia lebih ditujukan pada suami Jangan pernah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan pada orang lain, walaupun sesungguhnya suami nya di rumah lebih memiliki hak karena itu.
5. Kurang berterima kasih
Seringkali, seorang suami tidak bisa penuhi keinginan sang istri. Apa yang diperoleh suami jauh dari apa yang ia mengharapkan. Ia tidak suka dengan apa yang diperoleh suami, walaupun suaminya sudah berupaya dengan cara maksimal untuk penuhi keperluan keluarga dan beberapa keinginan istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih pada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang didapatkan padanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Ciri-ciri qona’ah dan ridho pada apa yang diperoleh Allah kepadanya demikian jauh dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya bisa tahu terbatasnya kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan satu hal yg tidak bisa ditangani suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan jadi lebih.
“Sesungguhnya apabila anda bersukur, pasti Kami akan memberi (nikmat) kepadamu, jika anda memungkiri (nikmat-Ku), jadi sebenarnya adzab-Ku begitu pedih. ”
6. Memungkiri kebaikan suami
“Wanita merupakan
Ajaib!! wanita begitu dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu peroleh hak untuk dihormati tiga kali makin besar dari pada ayah. Sosok yang dimuliakan, namun jadi jadi penghuni beberapa besar neraka. Bagaimana ini berjalan?
“Karena kekufuran mereka, ” jawab Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam waktu sebagian sabahat kemukakan pertanyaan mengapa hal semacam itu bisa berjalan. Apakah mereka memungkiri Allah?
Tidaklah, mereka tidak mengingkari Allah, tetapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Jika seorang suami berbuat kebaikan sepanjang hidup, lantas seorang istri saksikan satu hal yg tak disukainya dari seorang suami, jadi si istri akan menyampaikan bila ia tidak saksikan kebaikan sedikitpun dari suaminya. Sekian info Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dikerjakan suami!!
Tersebut pemicunya banyak kaum wanita ada di dalam neraka. Mari kita saksikan diri masing-masing kita, kita sama-sama introspeksi, apa dan bagaimana yang telah kita lakukan pada suami-suami kita?
Apabila kita lepas dari yang sekian, alhamdulillah. Itu yang kita mengharapkan. Berita suka untukmu wahai saudariku.
Namun apabila tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, jadi waspadalah dengan apa yang telah disangka oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat, cuma satu pilihan utuk lepas dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan, masih tetap ada waktu untuk bertobat. Tetapi mengapa mesti nantinya? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?
Jangan pernah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku ; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tak paham kapan engkau akan menjumpai Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, namun isterinya (di akhirat nanti) : bidadari sebagai pasangan suaminya (berkata) : “Jangan engkau menyakitinya, nanti anda dimurkai Allah, seorang suami begimu cuma seorang tamu yang bisa selekasnya berpisah dengan anda menuju kami. ” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita saksikan, apa yang telah kita lakukan hingga saat ini, jangan sampai bosan dan henti untuk introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tidak ada kita sadari membawa kita pada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Apabila satu saat, terlihat satu hal yg tak kita sukai dari suami ; jangan sampai kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sebenarnya suamimu yakni surga dan nerakamu. ” (HR. Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Masing-masing orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi persoalan yakni apabila seorang istri menyebutkan kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam gagasan mengungkit-ungkit kebaikannya semata.
“Hai sebagian orang yang beriman, jangan pernah anda menyingkirkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima). ” Al Baqarah : 264
Abu Dzar radhiyallahu’Anhu meriwayatkan, sebenarnya Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga grup manusia dimana Allah tidak akan bicara dan tak akan lihat mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih. ”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya beberapa tiga kali. ” Lalu Abu Dzar kemukakan pertanyaan, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah? ” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang gemari mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang gemari bersumpah palsu waktu jual. ” HR. Muslim
8. Repot di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Aktivitas ini tidak ada salahnya, kalau peroleh izin suami dan tidaklah hingga menyepelekan pekerjaan dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas itu melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terlewati.
Waktu suami pulang dari mencari nafkah, ia rasakan rumah belum beres, cucian masih tetap menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Apabila hni berjalan terus menerus, mungkin saja saja suami tidak betah di rumah, ia lebih sukai menggunakan waktunya di luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu yaitu tingkah laku wanita, ia yaitu satu ekspresi cinta. Dalam batas-batas khusus, dapat dijelaskan wajar jika seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa berprasangka jelek pada suami yg tidak kerap ada di rumah. Namun apabila rasa cemburu ini sangat berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya datang dari praduga ; jadi rasa cemburu ini dapat berpindah jadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan yaitu cemburunya istri pada suami karena kemaksiatan yang ditanganinya, misalnya : berzina, kurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mengutamakan istri lain dari pada dirinya. Apabila ada tanda sinyal yang membenarkan hal sejenis ini, jadi ini yakni cemburu yang terpuji. Apabila hanya sangkaan belaka tidak ada fakta dan bukti, jadi ini yaitu cemburu yang tercela.
Apabila kesangsian istri sangat berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal sejenis ini tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman waktu ada di rumah. Bahkan, tidak tutup kesempatan, kejengkelannya akan dilampiaskan melalui cara lakukan apa yang didugakan istri pada dirinya.
10. Kurang melindungi perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri pada perasaan pasangannya demikian diperlukan untuk jauhi terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri baiknya senantiasa siaga dalam masing-masing pengucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia bisa membuat perlindungan lisannya dari rutinitas mencaci, berkata keras, dan mengkritik melalui langkah menyudutkan. Istri selalu berusaha untuk memerlihatkan muka yang ramah, mengasyikkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan waktu diliat suaminya.
SEMOGA INI SEMUA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA. AMIINNNN...!!