Tabrak Burung, Wajah Pria Ini Berubah Mirip Kelelawar
SONGGON – Ahmad Lestari, 43, warga Dusun Bangunrejo, RT 1, RW 1, Desa Bangunsari, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, menderita penyakit langka dan aneh. Setahun terakhir wajah dan gusi giginya mendadak bengkak. Gara-gara penyakitnya itu, pria yang berprofesi sebagai security di salah satu perusahaan penggilingan padi itu sejak enam bulan lalu berhenti dari pekerjaannya.
Peristiwa yang menimpa bapak dua anak itu terjadi setahun lalu. Awalnya, Lestari keluar rumah untuk berangkat kerja sekitar pukul 17. 30 ke tempat kerjanya di Desa Mangir, Kecamatan Rogojampi, naik motor bersama istrinya, Misiyah, 38.
Saat melintas di jalan raya Dusun Cemoro, Desa Balak, Kecamatan Songgon, wajahnya seperti menabrak burung mirip kelelawar. Saking kerasnya benturan, motor yang dia naiki sempat oleng. “Saya berhenti sejenak dan mengusap wajah saya yang terkena binatang mirip kelelawar itu,” ujar Ahmad Lestari.
Menurut Lestari, benturan
dengan
burung seperti kelelawar itu cukup keras. Saking kerasnya hingga terasa
seperti pukulan tangan dan mengenai batang hidungnya sebelah kiri.
“Saya tidak curiga dan menganggap itu biasa saja,” katanya.
Berselang seminggu, terang dia, istri dan kerabat kaget dengan perubahan fisik pada wajahnya yang bengkak. Para tetangga juga banyak yang menanyakan keanehan pada wajahnya itu. “Saya tidak merasa sakit, ketika bercermin juga tidak ada yang aneh seperti yang dikemukakan kerabat, tetangga, dan orang yang melihatnya,” ujarnya.
Karena merasa tidak ada kejanggalan pada wajahnya, Lestari tetap bekerja seperti biasa dengan menjadi security. Tetapi, enam bulan kemudian, dia terkejut dan baru menyadari wajahnya bengkak seperti yang disampaikan orang. “Sebelumnya saya melihat tidak ada yang aneh, baru enam bulan kemudian tahu sendiri dan merasakan wajah saya bengkak dan aneh,” katanya.
ahmad-lestari-ketika-masih-sehat
Akibat pembengkakan di sekitar wajahnya itu, gusinya juga ikut bengkak dan perlahan giginya protol satu per satu. Penglihatan pada mata sebelah kiri juga sedikit kabur, hidungnya susah digunakan bernapas karena lubangnya semakin mengecil dan buntu.
Anehnya lagi, saat bercermin sendirian dilihat wajahnya sering berubah-ubah. “Saat bercermin wajah mirip kelelawar, kadang mirip tikus,” ujarnya. Atas perubahan aneh pada wajahnya itu, Lestari sudah berobat dengan datang ke RS Yasmin Banyuwangi.
Namun, tim medis di rumah sakit itu menyarankannya segera periksa ke RSUD dr. Soetomo, Surabaya. “Saya juga pernah periksa ke Surabaya,” ungkapnya. Tidak tanggung-tanggung, saat berobat ke RSUD dr. Soetomo, Surabaya, itu Lestari yang di- dampingi istrinya harus bertahan hingga 25 hari lebih.
“Untuk periksa itu kami terpaksa kos dekat rumah sakit,” cetusnya. Anehnya, setelah menjalani perawatan hampir sebulan, tim dokter yang menangani tidak berani menyimpulkan jenis penyakitnya. Pada lembar kesimpulan, ditulis jenis penyakitnya itu samar-samar.
“Saya juga bingung jenis penyakit apa. Saat akan dioperasi radikal, saya memang menolak. Lha wong jenis penyakitnya tidak jelas,” katanya. Setelah setahun menderita penyakit aneh itu, kini Lestari semakin bingung. Selain harus menahan rasa sakit, dia juga memikirkan nasib istri dan dua anaknya. Parahnya, biaya berobat yang selama ini digunakan sebagian pinjam kepada tetangga dan kerabat.
“Saya hanya bisa pasrah. Mungkin ini ujian,” terang pria yang kelahiran Dusun Lugonto, Desa/Kecamatan Rogojampi, itu. (radar)
SONGGON – Ahmad Lestari, 43, warga Dusun Bangunrejo, RT 1, RW 1, Desa Bangunsari, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, menderita penyakit langka dan aneh. Setahun terakhir wajah dan gusi giginya mendadak bengkak. Gara-gara penyakitnya itu, pria yang berprofesi sebagai security di salah satu perusahaan penggilingan padi itu sejak enam bulan lalu berhenti dari pekerjaannya.
Peristiwa yang menimpa bapak dua anak itu terjadi setahun lalu. Awalnya, Lestari keluar rumah untuk berangkat kerja sekitar pukul 17. 30 ke tempat kerjanya di Desa Mangir, Kecamatan Rogojampi, naik motor bersama istrinya, Misiyah, 38.
Saat melintas di jalan raya Dusun Cemoro, Desa Balak, Kecamatan Songgon, wajahnya seperti menabrak burung mirip kelelawar. Saking kerasnya benturan, motor yang dia naiki sempat oleng. “Saya berhenti sejenak dan mengusap wajah saya yang terkena binatang mirip kelelawar itu,” ujar Ahmad Lestari.
Menurut Lestari, benturan
Berselang seminggu, terang dia, istri dan kerabat kaget dengan perubahan fisik pada wajahnya yang bengkak. Para tetangga juga banyak yang menanyakan keanehan pada wajahnya itu. “Saya tidak merasa sakit, ketika bercermin juga tidak ada yang aneh seperti yang dikemukakan kerabat, tetangga, dan orang yang melihatnya,” ujarnya.
Karena merasa tidak ada kejanggalan pada wajahnya, Lestari tetap bekerja seperti biasa dengan menjadi security. Tetapi, enam bulan kemudian, dia terkejut dan baru menyadari wajahnya bengkak seperti yang disampaikan orang. “Sebelumnya saya melihat tidak ada yang aneh, baru enam bulan kemudian tahu sendiri dan merasakan wajah saya bengkak dan aneh,” katanya.
ahmad-lestari-ketika-masih-sehat
Akibat pembengkakan di sekitar wajahnya itu, gusinya juga ikut bengkak dan perlahan giginya protol satu per satu. Penglihatan pada mata sebelah kiri juga sedikit kabur, hidungnya susah digunakan bernapas karena lubangnya semakin mengecil dan buntu.
Anehnya lagi, saat bercermin sendirian dilihat wajahnya sering berubah-ubah. “Saat bercermin wajah mirip kelelawar, kadang mirip tikus,” ujarnya. Atas perubahan aneh pada wajahnya itu, Lestari sudah berobat dengan datang ke RS Yasmin Banyuwangi.
Namun, tim medis di rumah sakit itu menyarankannya segera periksa ke RSUD dr. Soetomo, Surabaya. “Saya juga pernah periksa ke Surabaya,” ungkapnya. Tidak tanggung-tanggung, saat berobat ke RSUD dr. Soetomo, Surabaya, itu Lestari yang di- dampingi istrinya harus bertahan hingga 25 hari lebih.
“Untuk periksa itu kami terpaksa kos dekat rumah sakit,” cetusnya. Anehnya, setelah menjalani perawatan hampir sebulan, tim dokter yang menangani tidak berani menyimpulkan jenis penyakitnya. Pada lembar kesimpulan, ditulis jenis penyakitnya itu samar-samar.
“Saya juga bingung jenis penyakit apa. Saat akan dioperasi radikal, saya memang menolak. Lha wong jenis penyakitnya tidak jelas,” katanya. Setelah setahun menderita penyakit aneh itu, kini Lestari semakin bingung. Selain harus menahan rasa sakit, dia juga memikirkan nasib istri dan dua anaknya. Parahnya, biaya berobat yang selama ini digunakan sebagian pinjam kepada tetangga dan kerabat.
“Saya hanya bisa pasrah. Mungkin ini ujian,” terang pria yang kelahiran Dusun Lugonto, Desa/Kecamatan Rogojampi, itu. (radar)